A.
REALISME
Pendahuluan
: Elemen – elemen Realisme
Dalam pemikiran kaum
realis manusia dicirikan sebagai makhluk yang cemas akan keselamatan dirinya
sendiri sehingga ingin menjadi yang terkuat dan berada dalam kursi pengendali.
Thucydides,
Machiavelli, Hobbes yakin bahwa tujuan kekuasaa, alat-alat kekuasaan dan
penggunaan kekuasaan merupakan perhatian utama aktivitas politik. Dengan
demikian, politik internasional digambarkan sebagai “politik internasional” :
suatu arena persaingan, konflik, dan perang antara Negara-negara dimana
masalah-masalah dasar yang sama dalam mempertahankan kepentingan nasional dan
menjaga kelangsungan hidup Negara.
Kaum realis memahami
hubungan internasional sebagai perjuangan diantara Negara-negara berkekuatan
besar untuk dominasi dan keamanaan.
Dasar normatif realisme
adalah keamanaan nasional dan kelangsungan hidup Negara. Negara menjamin
alat-alat dan kondisi keamaan dan yang memajukan kesejahteraan. Negara
dipandang sebagai pelindung wilayahnya, penduduknya dan cara hidupnya yang khas
dan berharga. Negara harus mampu mengorbankan kewajiban internasional. Hal ini
menjadikan perjanjian dan semua persetujuan, konvensi, kebiasaan, aturan, hukum
lainnya antara Negara-negara hanyalah berupa pengaturan bijaksana yang akan
dikesampingan jika bersebrangan dengan kepentingan vital Negara.
Realisme
Klasik
Thucydides,
menyebutkan hubungan antar bangsa (national) sebagai konflik dan kompetisi. Dan
dia mengatakan sebenarnya manusia (binatang politik) sangatlah berbeda dalam
kekuatan dan kapabilitasnya untuk mendominasi yang lain dan mempertahankan
dirinya sendiri. Semua Negara harus mampu beradaptasi dengan keadaan alamiah,
berdasar realitas kekuatan yang berbeda dan mampu mengatur dirinya sendiri
sesuai keadaan alamiahnya.
Machiavelli
Kekuasaan
(singa) dan penipuan (rubah) adalah dua alat penting dalam melaksanakan
kebijakan luar negeri, menurut ajaran politik Machiavelli (1984: 66). Nilai
tertinggi adalah kebebasan nasional, yaitu kemerdekaan. Tanggung jawab utama
penguasa adalah selalu berupaya mencari keunggulan dan mempertahankan
kepentingan negaranya dan menjamin kelangsungan hidupnya. Hal itu membutuhkan
kekuatan : jika suatu Negara tidak kuat akan mendorong hsrat kuat bagi yang
lain untuk menghancurkannya : penguasa harys menjadi seekor singa. Hal itu
membutuhkan kecerdikan dan jika perlu kekejaman dalam mengejar kepentingan
dirinya : penguasa harus juga menjadi seekor rubah.
Hobbes
dan Dilema Keamanan
Keadaan
alami merupakan lingkungan masyarakat yang tidak bersahabat dimana terdapat
perang tidak seorang pun yakin tentang keamanan dan kelangsungan hidupnya.
Hobbes meyakini bahwa terdapat jalan keluar dari keadaan tersebut menuju
masyarakat yang beradab dengan cara penciptaan dan pemeliharaan Negara
berdaulat. Lalu membentuk perjanjian kemanan yang dapat menjamin keselamatan
mereka masing-masing. Dalam politik dunia, pencapaian keamanaan personal dan
domestic melalui penciptaan Negara selalu disertai oleh kondisi ketidakamanan
nasional dan internasional yang berakar dalam anarki sistem Negara, hal ini
disebut sebagai “Dilema Keamanaan”. Nilai dasar relisme Hobbesian adalah
perdamaian domestic – perdamaian dalam kerangka kerja Negara berdaulat dan
kesempatan bahwa perdamaian sipil yang dapat menyediakan bagi manusia
memperoleh kebahagiaan.
Realisme
Neoklasik Morgenthau
Morgenthau
berbicara animus dominandi, manusia “haus” akan kekuasaan (Morgenthau 1965:
192). Pengaharapan kekuasaan bukan hanya menghasilkan pencarian keuntungan
relatif tetapi juga pencarian wilayah politik yang terjamin keamanaannya yang
dapat digunakan untuk mempertahankan diri sendiri dari pihak lain. Morgentahau
meyakini bahwa “Politik adalah perjuangan untuk kekuasaan atas manusia, dan
apapin tujuan akhirnya, kekuasaan adalah tujuan terpentingnya, dan cara-cara memperoleh,
memelihara, dan menunjukkan kekuasaanmenentukan teknik aksi politik”
Schelling
dan Realisme Strategis
Relisme
strategis intinya memfokuskan perhatian pada pembuatan keputusan kebijakan luar
negeri. Relisme strategis pada dasarnya hanya hirau pada cara menjalankan
kekuasaan secara cerdas agar lawan militer kita melakukan apa yang kita
inginkan dan yang lebih penting agar mereka tidak melakukan apa yang tidak kita
inginkan.
Weltz
dan Neorealisme
Inti dari sistem
kaum neorealis yaitu memfokuskan pada struktur sistem, pada unit – unit yang
berinteraksi dan pada kesinambungan dan perubahan sistem. Dalam neorealisme,
struktur sistem, khususnya distribusi kekuatan relatif merupakan fokus analisis
utama. Weltz dalam neorealismenya mencoba untuk menjelaskan teori Hi secara
ilmiah. Pusat perhatiannya tertuju pada struktur-struktur sistem yang
mengarahkan para pembuat kebijakan secara otomatis berbeda dengan Morgenthau
yang menitikberatkan pada Negara sebagai aktor utama. Weltz mengatakan bahwa
semua Negara itu sama yang membedakan hanyalah kapabilitasnya yang berbeda
karena itulah perubahan internasional terjadi karena kemunculan dan
tenggelamnya Negara-negara berkekuatan besar. Akhurnya dari pandangan inilah
Weltz meyakini bahwa sistem bipolar dala ketatanegaraan dunia jauh lebih stabil
dari pada multipolar.
Teori
Stabilitas Neorealis
Dalam esai yang
didiskusikan secara luas, john Mearsheimer (1993) membahas argument Waltz
(1979) dan memakainya baik pada masa lalu maupun masa depan. Ia menyatakan
bahwa neorealisme masih relevan untuk
menjelaskan hubungan internasional: neoralisme adalah teori umum yang dipakai
pada situasi sejarah lain di samping Perang Dingin. Ia juga berpendapat bahwa
neoralisme dapat digunakan untuk untuk memprediksi jalannya sejarah
internasional setelah Perang Dingin.
Mearsheimer
menggunakan argument Waltz (1979: 161-93) yang fokus pada stabilitas sistem
bipolar (diuaraikan dalam bagian sebelumnya) daripada sistem multipolar. Waltz
menyatakan bahwa sistem bipolar bersifat superior dari sistem multipolar sebab
menyediakan stabilitas internasioanl yang lebih besar dan ole karena itu
keamanan dan perdamaian yang lebih besar. Ada tiga alas an dasar mengapa sistem
bipolar lebih stabil dan lebih damai. Pertama, jumlah konflik negara-negara
berkekuatan besar lebih sedikit dan hal itu mengurangi kemungkinan perang negara-negara berkekuatan besar. Kedua,
adalah lebih mudah menjalankan sistem penangkalan yang efektif sebab lebih
sedikit negara-negara berkekuatan besar yang terlibat. Terakhir, disebabkan
hanya dua kekuatan yang mendominasi sistem tersebut yang kesempatan salah
perhitungan dan salah tindakannya lebih rendah.
Realisme
setelah Perang Dingin: Isu perluasan NATO
Pendapat Mearsheimer
memicu munculnya pertanyaan penting tentang bagaimana kaum realis seharusnya
memahami masa pasca Perang Dingin. Terjadi perdebatan seru yang menawarkan
pandangan penting berkenaan dengan bagaimana kaum realis melihat hubungan
internasional dan khususnya hubungan antara negara-negara berkekuatan besar
setelah Perang Dingin: perdebatan menyangkut perluasan NATO ke timur yang
mencakup Polandia, Republik Ceko, Slowakia, dan Hongaria. Ini merupakan masalah
rumit dan dalam beberapa hal sangat teknis-khususnya berkenaan dengan
perlengkapan dan penyebaran kekuatan militer. Tetapi inti dari perdebatan
tersebut menimbulkan tentang strategi militer dan pada akhirnya
pertanyaan-pertanyaan tentang politik internasional pada tingkat tertinggi.
Dua
Kritik terhadap realisme
Tradisi Masyarakat
Internasional merupakan kritik terhadap
realism dalam dua hal. Pertama, Masyarakat Internasional menganggap realisme
sebagai teori HI satu dimensi yang fokusnya terlalu sempit. Kedua, Masyarakat
Internasional mengklaim bahwa realism gagal menangkap perluasan politik
internasional yang merupakan dialog aliran-aliran dan prespektif-prespektif HI.
Sebaliknya, penstudi Masyarakat Internasional mengakui bahwa realism klasik dan
neoklasik memberikan sudut pandang penting pada poltik dunia. Mereka sepakat
bahwa ada tekanan dalam sifat manusia yaitu mementingkan diri sendiri dan suka
berperang. Mereka memiliki focus analisis dimana negara dimunculkan secara
besar-besaran. Mereka bergerak dengan konsepai hubungan internasional yang
anarkis. Mereka sepakat bahwa kekuatan itu penting dan bahwa hubungan
internasioonal secara signifikan terdiri dari politik kekuatan. Mereka juga
sepakat bahwa teori internasional, dalam beberapa hal penting, merupakan teori
keamanan dan kelangsungan hidup. Mereka mengakui bahwa kepentingan nasional
merupakan nilai penting dalam politik dunia. Singkatnya, penstudi Masyarakat
Internasional menggabungkan beberapa elemen realism ke dalam pendekatan mereka.
Pendapat
tentang Realisme
Kaum realisme pesimis
terhadap adanya kemungkinan bagi Negara-negara dan untuk melakukan kerja sama
internasional dan konsolidasi sehingga teori mereka tidak mengacu pada
fakta-fakta hubungan internasional terutama pasca perang dingin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar