Sabtu, 25 Mei 2013

Realisme



A.    REALISME
Pendahuluan : Elemen – elemen Realisme
Dalam pemikiran kaum realis manusia dicirikan sebagai makhluk yang cemas akan keselamatan dirinya sendiri sehingga ingin menjadi yang terkuat dan berada dalam kursi pengendali.
Thucydides, Machiavelli, Hobbes yakin bahwa tujuan kekuasaa, alat-alat kekuasaan dan penggunaan kekuasaan merupakan perhatian utama aktivitas politik. Dengan demikian, politik internasional digambarkan sebagai “politik internasional” : suatu arena persaingan, konflik, dan perang antara Negara-negara dimana masalah-masalah dasar yang sama dalam mempertahankan kepentingan nasional dan menjaga kelangsungan hidup Negara.
Kaum realis memahami hubungan internasional sebagai perjuangan diantara Negara-negara berkekuatan besar untuk dominasi dan keamanaan.
Dasar normatif realisme adalah keamanaan nasional dan kelangsungan hidup Negara. Negara menjamin alat-alat dan kondisi keamaan dan yang memajukan kesejahteraan. Negara dipandang sebagai pelindung wilayahnya, penduduknya dan cara hidupnya yang khas dan berharga. Negara harus mampu mengorbankan kewajiban internasional. Hal ini menjadikan perjanjian dan semua persetujuan, konvensi, kebiasaan, aturan, hukum lainnya antara Negara-negara hanyalah berupa pengaturan bijaksana yang akan dikesampingan jika bersebrangan dengan kepentingan vital Negara.
Realisme Klasik

            Thucydides, menyebutkan hubungan antar bangsa (national) sebagai konflik dan kompetisi. Dan dia mengatakan sebenarnya manusia (binatang politik) sangatlah berbeda dalam kekuatan dan kapabilitasnya untuk mendominasi yang lain dan mempertahankan dirinya sendiri. Semua Negara harus mampu beradaptasi dengan keadaan alamiah, berdasar realitas kekuatan yang berbeda dan mampu mengatur dirinya sendiri sesuai keadaan alamiahnya.


Machiavelli
            Kekuasaan (singa) dan penipuan (rubah) adalah dua alat penting dalam melaksanakan kebijakan luar negeri, menurut ajaran politik Machiavelli (1984: 66). Nilai tertinggi adalah kebebasan nasional, yaitu kemerdekaan. Tanggung jawab utama penguasa adalah selalu berupaya mencari keunggulan dan mempertahankan kepentingan negaranya dan menjamin kelangsungan hidupnya. Hal itu membutuhkan kekuatan : jika suatu Negara tidak kuat akan mendorong hsrat kuat bagi yang lain untuk menghancurkannya : penguasa harys menjadi seekor singa. Hal itu membutuhkan kecerdikan dan jika perlu kekejaman dalam mengejar kepentingan dirinya : penguasa harus juga menjadi seekor rubah.

Hobbes dan Dilema Keamanan
            Keadaan alami merupakan lingkungan masyarakat yang tidak bersahabat dimana terdapat perang tidak seorang pun yakin tentang keamanan dan kelangsungan hidupnya. Hobbes meyakini bahwa terdapat jalan keluar dari keadaan tersebut menuju masyarakat yang beradab dengan cara penciptaan dan pemeliharaan Negara berdaulat. Lalu membentuk perjanjian kemanan yang dapat menjamin keselamatan mereka masing-masing. Dalam politik dunia, pencapaian keamanaan personal dan domestic melalui penciptaan Negara selalu disertai oleh kondisi ketidakamanan nasional dan internasional yang berakar dalam anarki sistem Negara, hal ini disebut sebagai “Dilema Keamanaan”. Nilai dasar relisme Hobbesian adalah perdamaian domestic – perdamaian dalam kerangka kerja Negara berdaulat dan kesempatan bahwa perdamaian sipil yang dapat menyediakan bagi manusia memperoleh kebahagiaan.

Realisme Neoklasik Morgenthau
            Morgenthau berbicara animus dominandi, manusia “haus” akan kekuasaan (Morgenthau 1965: 192). Pengaharapan kekuasaan bukan hanya menghasilkan pencarian keuntungan relatif tetapi juga pencarian wilayah politik yang terjamin keamanaannya yang dapat digunakan untuk mempertahankan diri sendiri dari pihak lain. Morgentahau meyakini bahwa “Politik adalah perjuangan untuk kekuasaan atas manusia, dan apapin tujuan akhirnya, kekuasaan adalah tujuan terpentingnya, dan cara-cara memperoleh, memelihara, dan menunjukkan kekuasaanmenentukan teknik aksi politik”

Schelling dan Realisme Strategis
            Relisme strategis intinya memfokuskan perhatian pada pembuatan keputusan kebijakan luar negeri. Relisme strategis pada dasarnya hanya hirau pada cara menjalankan kekuasaan secara cerdas agar lawan militer kita melakukan apa yang kita inginkan dan yang lebih penting agar mereka tidak melakukan apa yang tidak kita inginkan.
Weltz dan Neorealisme
            Inti dari sistem kaum neorealis yaitu memfokuskan pada struktur sistem, pada unit – unit yang berinteraksi dan pada kesinambungan dan perubahan sistem. Dalam neorealisme, struktur sistem, khususnya distribusi kekuatan relatif merupakan fokus analisis utama. Weltz dalam neorealismenya mencoba untuk menjelaskan teori Hi secara ilmiah. Pusat perhatiannya tertuju pada struktur-struktur sistem yang mengarahkan para pembuat kebijakan secara otomatis berbeda dengan Morgenthau yang menitikberatkan pada Negara sebagai aktor utama. Weltz mengatakan bahwa semua Negara itu sama yang membedakan hanyalah kapabilitasnya yang berbeda karena itulah perubahan internasional terjadi karena kemunculan dan tenggelamnya Negara-negara berkekuatan besar. Akhurnya dari pandangan inilah Weltz meyakini bahwa sistem bipolar dala ketatanegaraan dunia jauh lebih stabil dari pada multipolar.

Teori Stabilitas Neorealis
Dalam esai yang didiskusikan secara luas, john Mearsheimer (1993) membahas argument Waltz (1979) dan memakainya baik pada masa lalu maupun masa depan. Ia menyatakan bahwa neorealisme masih relevan  untuk menjelaskan hubungan internasional: neoralisme adalah teori umum yang dipakai pada situasi sejarah lain di samping Perang Dingin. Ia juga berpendapat bahwa neoralisme dapat digunakan untuk untuk memprediksi jalannya sejarah internasional setelah Perang Dingin.
            Mearsheimer menggunakan argument Waltz (1979: 161-93) yang fokus pada stabilitas sistem bipolar (diuaraikan dalam bagian sebelumnya) daripada sistem multipolar. Waltz menyatakan bahwa sistem bipolar bersifat superior dari sistem multipolar sebab menyediakan stabilitas internasioanl yang lebih besar dan ole karena itu keamanan dan perdamaian yang lebih besar. Ada tiga alas an dasar mengapa sistem bipolar lebih stabil dan lebih damai. Pertama, jumlah konflik negara-negara berkekuatan besar lebih sedikit dan hal itu mengurangi kemungkinan perang  negara-negara berkekuatan besar. Kedua, adalah lebih mudah menjalankan sistem penangkalan yang efektif sebab lebih sedikit negara-negara berkekuatan besar yang terlibat. Terakhir, disebabkan hanya dua kekuatan yang mendominasi sistem tersebut yang kesempatan salah perhitungan dan salah tindakannya lebih rendah.

Realisme setelah Perang Dingin: Isu perluasan NATO
Pendapat Mearsheimer memicu munculnya pertanyaan penting tentang bagaimana kaum realis seharusnya memahami masa pasca Perang Dingin. Terjadi perdebatan seru yang menawarkan pandangan penting berkenaan dengan bagaimana kaum realis melihat hubungan internasional dan khususnya hubungan antara negara-negara berkekuatan besar setelah Perang Dingin: perdebatan menyangkut perluasan NATO ke timur yang mencakup Polandia, Republik Ceko, Slowakia, dan Hongaria. Ini merupakan masalah rumit dan dalam beberapa hal sangat teknis-khususnya berkenaan dengan perlengkapan dan penyebaran kekuatan militer. Tetapi inti dari perdebatan tersebut menimbulkan tentang strategi militer dan pada akhirnya pertanyaan-pertanyaan tentang politik internasional pada tingkat tertinggi.


Dua Kritik terhadap realisme
Tradisi Masyarakat Internasional  merupakan kritik terhadap realism dalam dua hal. Pertama, Masyarakat Internasional menganggap realisme sebagai teori HI satu dimensi yang fokusnya terlalu sempit. Kedua, Masyarakat Internasional mengklaim bahwa realism gagal menangkap perluasan politik internasional yang merupakan dialog aliran-aliran dan prespektif-prespektif HI. Sebaliknya, penstudi Masyarakat Internasional mengakui bahwa realism klasik dan neoklasik memberikan sudut pandang penting pada poltik dunia. Mereka sepakat bahwa ada tekanan dalam sifat manusia yaitu mementingkan diri sendiri dan suka berperang. Mereka memiliki focus analisis dimana negara dimunculkan secara besar-besaran. Mereka bergerak dengan konsepai hubungan internasional yang anarkis. Mereka sepakat bahwa kekuatan itu penting dan bahwa hubungan internasioonal secara signifikan terdiri dari politik kekuatan. Mereka juga sepakat bahwa teori internasional, dalam beberapa hal penting, merupakan teori keamanan dan kelangsungan hidup. Mereka mengakui bahwa kepentingan nasional merupakan nilai penting dalam politik dunia. Singkatnya, penstudi Masyarakat Internasional menggabungkan beberapa elemen realism ke dalam pendekatan mereka.



Pendapat tentang Realisme
Kaum realisme pesimis terhadap adanya kemungkinan bagi Negara-negara dan untuk melakukan kerja sama internasional dan konsolidasi sehingga teori mereka tidak mengacu pada fakta-fakta hubungan internasional terutama pasca perang dingin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar