Kamis, 23 Mei 2013

Konflik antar Kelas


NB : maaf nggak dikasih footer,..hehe

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Perbedaan kepentingan selalu ada dalam kelompok sosial. Mulai dari kepentingan kelas atas, kelas menengah dan juga kelas bawah. Perbedaan tersebut kerap kali menjadi penyebab timbulnya konflik hingga dapat merugikan sesama masyrakat yang memiliki kepentingan yang berbeda. Pemerintah, pengusaha dan berbagai kelompok yang memiliki kekuasaan terjadi pertentangan kepentingan dengan rakyat kecil(kelas bawah). Berbagai kepentingan pihak-pihak tertentu dan para penguasa yang cenderung merugikan rakyat kelas bawah. Sikap-sikap otoriter pemerintah dan suara rakyat yamg kerap kali diabaikan sering terjadi di negri ini.

Berbagai masalah mengenai perbedaan kepentingan ini telah banyak terjadi di negri ini. Contohnya penggusuran pemukiman rakyat yang disebut-sebut sebagai pencemar keindahan dan tata ruang kota. Hanya dengan alasan agar kota terlihat lebih rapi dan bersih, pemerintah rela mengorbankan nasib ratusan bahkan ribuan keluarga. Penggusuran tersebut mengakibatkan kehilangan tempat tinggal atau mata pencaharian yang menimbulkan bertambahnya pengangguran, kriminalitas dan mereka akan menjadi gelandangan yang tidak memiliki tempat untuk tinggal. Tanpa disadari akibat dari penggusuran tersebut akan membuat kota terlihat tidak lebih bersih dari sebelumnya, karena banyaknya gelandangan yang tak tertampung yang tersebar di pinggir jalan.

Mereka yang menjadi korban penggusuran tersebut tidak langsung menyerah dan pergi begitu saja. Mereka berusaha keras untuk mempertahankan tempat tinggal mereka yang sebagian besar juga menjadi tempat mencari nafkah. Mereka memilih kekerasan sebagai bentuk perlawanan penggusuran tersebut. Banyak korban tewas maupun luka-luka akibat bentuk perlawanan tersebut. Bahkan kekerasan tersebut bisa mengganggu psikologis anak-anak korban penggusuran yang melihat bentuk perlawanan tersebut. Kekerasan tersebut tidak hanya penyebab jatuhnya korban maupun menggangu psikologis anak tapi bentuk pengrusakan terhadap alat-alat berat untuk menggusur yang termasuk fasilitas milik pemerintah. Pengrusakan alat-alat tersebut akan merugikan pemerintah. Namun kerugian itu tidak sebanding dengan korupsi yang telah dilakukan oleh para penguasa.

Cara lain yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki tata ruang kota yaitu dengan cara membangun Rumah Susun Sederhana Sewa(rusunawa). Rusunawa diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), serta mahasiswa yang bermukim di wilayah perkotaan. Pemerintah bermaksud untuk menghindari penyimpangan pemanfaatan secara illegal pada lokasi bantaran sungai, rel kereta api, maupun diatas tanah yang bukan miliknya sehinnga menyebabkan kekumuhan yang semakin luas dan mengakibatkan lingkungan perumahan menjadi rawan terhadap berbagai bencana. Rusunawa juga diharapkan dapat menghilangkan area pemukiman kumuh di kota-kota besar di Indonesia.
Namun, upaya pemerintah tersebut disalahgunakan oleh beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab. Subsidi rumah yang disediakan oleh pemerintah untuk masyarakat berpenghasilan rendah tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat yang berpenghasilan tinggi. Dengan cara menyewanya terlebih dahulu dengan harga yang murah, lalu disewakan kembali kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah dengan tujuan mendapat keuntungan. Hal ini mengakibatkan upaya pemerintah menghilangkan pemukiman kumuh tidak berjalan lancar. Maka permasalahan pemukiman kumuh sampai saat ini belum bias sepenuhnya terselesaikan. Dan juga ada yang mengambil keuntungan dari anggaran pembangunan rusunawa tersebut, seperti bahan bangunan yang tidak sesuai dengan yang dianggarkan, pengerjaan yang tergolong lambat, dan fasilitas yang tidak sesuai dengan yang ditawarkan.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:
Apakah pengertian konflik struktural?
Apakah factor-faktor pendorong terjadinya konflik?
Apakah dampak dari konflik?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini:
Untuk mengetahui pengertian konflik stuktural
Untuk mengetahui factor-faktor pendorong terjadinya konflik
Untuk mengetahui dampak dari konflik




BAB II
LANDASAN TEORI

Structural-funcional Approach
Society is a system of interrelated parts that is realitively stable. Each part work to keep society operating in an orderly way.(sebuah sistem besar yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian itu berperan untuk menjalankan sistem)
Seperti yang dijelaskan dalam teori fungsionalisme structural masyarakat merupakan sistem sosial yang terdiri atas sruktur-struktur sosial yang fungsional satu sama lain menuju pada keseimbangan, apabila kehilangan fungsi maka struktur sosial dalam sistem sosial tersebut akan kehilangan keberadaannya, atau mengalami ketidakstabilan. Artinya dalam masyarakat setiap subsistem memiliki fungsi berdasarkan kedudukan (struktur) masing-masing. Dan apabila diantara subsistem tersebut tidak menjalankan fungsinya masing-masing (disfungsi) maka akan terjadi keretakan dan ketidakseimbangan. Kemudian keretakan tersebut cenderung mengakibatkan ketegangan yang berujung pada konflik. Hal ini dikuatkan dengan teori Talcott Parson bahwa Sistem sosila senantiasa berproses kearah integrasi sekalipin terjadi ketegangan, disfungsi dan penyimpangan.Disfungsi dan penyimpangan kerap dilakukan oleh kelompok yang mendominasi dan memiliki otoritas yang lebih, karena kewenangannya yang disalahgunakan kemudian melewati batas-batas fungsi subsistem yang lain



BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Konflik Struktural
Ada beberapa asumsi dasar dari struktural konflik ini. Struktural konflik merupakan antitesis dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Struktural konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Struktural konflik melihat bahwa di dalam masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan. Kemudian struktural konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat. Struktural konflik juga membicarakan mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan kepentingan.
Struktural konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, struktural konflik melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus.
Menurut struktural konflik, masyarakat disatukan dengan “paksaan”. Maksudnya, keteraturan yang terjadi di masyarakat sebenarnya karena adanya paksaan (koersi). Oleh karena itu, struktural konflik lekat hubungannya dengan dominasi, koersi, dan power. Terdapat dua tokoh sosiologi modern yang berorientasi serta menjadi dasar pemikiran pada struktural konflik, yaitu Lewis A. Coser dan Ralf Dahrendorf.

3.2 Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Sruktural
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.

3.3 Akibat Konflik Struktural
Adapun akibat-akibat dari bentuk konflik atau pertentangan
1.      Retaknya kesatuan kelompok apabila konflik terjadi dalam satu kelompok tertentu
2.      Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban
3.      Bertambahnya solidaritas in-group. Artinya apabila suatu kelompok bertentangan dengan kelompok lain, maka solidaritas antar warga kelompok biasanya bertambah erat. Mereka bahkan bersedia berkorban demi keutuhan kelompok.

BAB  IV
KESIMPULAN

Dari apa yang telah diuraikan diatas, masyarakat memiliki bentuk berdasarkan ciri-ciri struktur sosial. Yaitu masyarakat sederhana, masyarakat madya dan masyarakat modern. Di dalam masing-masing kelompok tersebut terdapat struktur tersendiri. Di dalam struktur tersebut juga memiliki permasalahan sendiri, baik antar kelas sosial berbeda maupun kelas sosial yang sama. Permasalahn tersebut mengakibatkan konflik. Karena konflik tersebut ada di dalam suatu organisasi atau kelompok maka bisa disebut sebagai konflik struktural. Permasalahan yang timbul dari kasus penggusuran tersebut, bahwa adanya konflik yang terjadi antara pihak penguasa atau biasa disebut kelas atas  dengan kelas bawah.
Hal yang paling pokok mengapa terjadinya konflik adalah perbedaan kepentingan ari berbagai pihak. Hal tersebut mengakibatkan terbentuknya dua kelompok yang memiliki kepentingan yang bertentangan. Kelompok tersebut dapat terbagi dalam beberapa kelas yang berbeda. Yaitu kelas yang memiliki otoritas lebih dan dari pada kelas dibawahnya. Pertentangan tersebut memperlihatkan ada atau tidaknya perbedaan kualitas otoritasi. Pertikaian seperti ini cebderung disebut sebagai konflik sruktural yang bersifat vertikal (kelas atas dan kelas bawah).
Konflik ini akan membawa dampak yang buruk bagi masyarakat, mulai dari jatuhnya korban ketika terjadi perlawanan penggusuran, bertambahnya pemukiman kumuh karena Rusunawa yang tidak diberdayakan sesuai dengan amanat pemerintah. Ini adalah akibat dari perbedaan kepentingan antar kelas. Namun disisi lain, konflik juga menumbuhkan rasa solidaritas warga antar kelompok.

DAFTAR PUSTAKA                                 
andi-hijrian.blogspot.com
M. Poloma, Margaret, SOSIOLOGI KONTEMPORER, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar