NB : maaf nggak dikasih footer,..hehe
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbedaan
kepentingan selalu ada dalam kelompok sosial. Mulai dari kepentingan kelas
atas, kelas menengah dan juga kelas bawah. Perbedaan tersebut kerap kali
menjadi penyebab timbulnya konflik hingga dapat merugikan sesama masyrakat yang
memiliki kepentingan yang berbeda. Pemerintah, pengusaha dan berbagai kelompok
yang memiliki kekuasaan terjadi pertentangan kepentingan dengan rakyat
kecil(kelas bawah). Berbagai kepentingan pihak-pihak tertentu dan para penguasa
yang cenderung merugikan rakyat kelas bawah. Sikap-sikap otoriter pemerintah
dan suara rakyat yamg kerap kali diabaikan sering terjadi di negri ini.
Berbagai
masalah mengenai perbedaan kepentingan ini telah banyak terjadi di negri ini.
Contohnya penggusuran pemukiman rakyat yang disebut-sebut sebagai pencemar
keindahan dan tata ruang kota. Hanya dengan alasan agar kota terlihat lebih
rapi dan bersih, pemerintah rela mengorbankan nasib ratusan bahkan ribuan
keluarga. Penggusuran tersebut mengakibatkan kehilangan tempat tinggal atau
mata pencaharian yang menimbulkan bertambahnya pengangguran, kriminalitas dan
mereka akan menjadi gelandangan yang tidak memiliki tempat untuk tinggal. Tanpa
disadari akibat dari penggusuran tersebut akan membuat kota terlihat tidak
lebih bersih dari sebelumnya, karena banyaknya gelandangan yang tak tertampung
yang tersebar di pinggir jalan.
Mereka
yang menjadi korban penggusuran tersebut tidak langsung menyerah dan pergi
begitu saja. Mereka berusaha keras untuk mempertahankan tempat tinggal mereka
yang sebagian besar juga menjadi tempat mencari nafkah. Mereka memilih
kekerasan sebagai bentuk perlawanan penggusuran tersebut. Banyak korban tewas
maupun luka-luka akibat bentuk perlawanan tersebut. Bahkan kekerasan tersebut
bisa mengganggu psikologis anak-anak korban penggusuran yang melihat bentuk
perlawanan tersebut. Kekerasan tersebut tidak hanya penyebab jatuhnya korban
maupun menggangu psikologis anak tapi bentuk pengrusakan terhadap alat-alat
berat untuk menggusur yang termasuk fasilitas milik pemerintah. Pengrusakan
alat-alat tersebut akan merugikan pemerintah. Namun kerugian itu tidak
sebanding dengan korupsi yang telah dilakukan oleh para penguasa.
Cara
lain yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki tata ruang kota yaitu dengan
cara membangun Rumah Susun Sederhana Sewa(rusunawa). Rusunawa diperuntukkan
bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), serta mahasiswa yang bermukim di
wilayah perkotaan. Pemerintah bermaksud untuk menghindari penyimpangan
pemanfaatan secara illegal pada lokasi bantaran sungai, rel kereta api, maupun
diatas tanah yang bukan miliknya sehinnga menyebabkan kekumuhan yang semakin
luas dan mengakibatkan lingkungan perumahan menjadi rawan terhadap berbagai
bencana. Rusunawa juga diharapkan dapat menghilangkan area pemukiman kumuh di
kota-kota besar di Indonesia.
Namun,
upaya pemerintah tersebut disalahgunakan oleh beberapa pihak yang tidak
bertanggung jawab. Subsidi rumah yang disediakan oleh pemerintah untuk
masyarakat berpenghasilan rendah tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat yang
berpenghasilan tinggi. Dengan cara menyewanya terlebih dahulu dengan harga yang
murah, lalu disewakan kembali kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah
dengan tujuan mendapat keuntungan. Hal ini mengakibatkan upaya pemerintah
menghilangkan pemukiman kumuh tidak berjalan lancar. Maka permasalahan
pemukiman kumuh sampai saat ini belum bias sepenuhnya terselesaikan. Dan juga
ada yang mengambil keuntungan dari anggaran pembangunan rusunawa tersebut,
seperti bahan bangunan yang tidak sesuai dengan yang dianggarkan, pengerjaan
yang tergolong lambat, dan fasilitas yang tidak sesuai dengan yang ditawarkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka
rumusan masalah dari makalah ini adalah:
Apakah pengertian konflik struktural?
Apakah factor-faktor pendorong terjadinya konflik?
Apakah dampak dari konflik?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah
ini:
Untuk mengetahui pengertian konflik stuktural
Untuk mengetahui factor-faktor pendorong terjadinya konflik
Untuk mengetahui dampak dari konflik
BAB II
LANDASAN
TEORI
Structural-funcional
Approach
Society is a system of interrelated
parts that is realitively stable. Each part work to keep society operating in
an orderly way.(sebuah sistem besar yang terdiri dari bagian-bagian dan
bagian-bagian itu berperan untuk menjalankan sistem)
Seperti yang dijelaskan dalam teori
fungsionalisme structural masyarakat merupakan sistem sosial yang terdiri atas
sruktur-struktur sosial yang fungsional satu sama lain menuju pada
keseimbangan, apabila kehilangan fungsi maka struktur sosial dalam sistem
sosial tersebut akan kehilangan keberadaannya, atau mengalami ketidakstabilan. Artinya
dalam masyarakat setiap subsistem memiliki fungsi berdasarkan kedudukan
(struktur) masing-masing. Dan apabila diantara subsistem tersebut tidak
menjalankan fungsinya masing-masing (disfungsi) maka akan terjadi keretakan dan
ketidakseimbangan. Kemudian keretakan tersebut cenderung mengakibatkan ketegangan
yang berujung pada konflik. Hal ini dikuatkan dengan teori Talcott Parson bahwa
Sistem sosila senantiasa berproses kearah integrasi sekalipin terjadi
ketegangan, disfungsi dan penyimpangan.Disfungsi dan penyimpangan kerap
dilakukan oleh kelompok yang mendominasi dan memiliki otoritas yang lebih,
karena kewenangannya yang disalahgunakan kemudian melewati batas-batas fungsi
subsistem yang lain
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian
Konflik Struktural
Ada beberapa asumsi dasar dari
struktural konflik ini. Struktural konflik merupakan antitesis dari teori
struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat mengedepankan
keteraturan dalam masyarakat. Struktural konflik melihat pertikaian dan konflik
dalam sistem sosial. Struktural konflik melihat bahwa di dalam masyarakat tidak
akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam masyarakat manapun pasti
pernah mengalami konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan. Kemudian
struktural konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan kekuasaan dalam
masyarakat. Struktural konflik juga membicarakan mengenai otoritas yang
berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan
subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan
konflik karena adanya perbedaan kepentingan.
Struktural konflik juga mengatakan
bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan sosial. Ketika struktural
fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu
terjadi pada titik ekulibrium, struktural konflik melihat perubahan sosial
disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun pada suatu titik
tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama. Di dalam
konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah
suatu konsensus.
Menurut struktural konflik,
masyarakat disatukan dengan “paksaan”. Maksudnya, keteraturan yang terjadi di
masyarakat sebenarnya karena adanya paksaan (koersi). Oleh karena itu,
struktural konflik lekat hubungannya dengan dominasi, koersi, dan power.
Terdapat dua tokoh sosiologi modern yang berorientasi serta menjadi dasar
pemikiran pada struktural konflik, yaitu Lewis A. Coser dan Ralf Dahrendorf.
3.2 Faktor
Penyebab Terjadinya Konflik Sruktural
Perbedaan kepentingan antara
individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian
maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk
tujuan yang berbeda-beda.. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula
menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi
antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara
kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di
antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha
menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar
bidang serta volume usaha mereka.
3.3 Akibat
Konflik Struktural
Adapun akibat-akibat dari bentuk
konflik atau pertentangan
1.
Retaknya
kesatuan kelompok apabila konflik terjadi dalam satu kelompok tertentu
2.
Hancurnya
harta benda dan jatuhnya korban
3.
Bertambahnya
solidaritas in-group. Artinya apabila suatu kelompok bertentangan dengan
kelompok lain, maka solidaritas antar warga kelompok biasanya bertambah erat.
Mereka bahkan bersedia berkorban demi keutuhan kelompok.
BAB
IV
KESIMPULAN
Dari apa yang telah diuraikan
diatas, masyarakat memiliki bentuk berdasarkan ciri-ciri struktur sosial. Yaitu
masyarakat sederhana, masyarakat madya dan masyarakat modern. Di dalam
masing-masing kelompok tersebut terdapat struktur tersendiri. Di dalam struktur
tersebut juga memiliki permasalahan sendiri, baik antar kelas sosial berbeda
maupun kelas sosial yang sama. Permasalahn tersebut mengakibatkan konflik.
Karena konflik tersebut ada di dalam suatu organisasi atau kelompok maka bisa
disebut sebagai konflik struktural. Permasalahan yang timbul dari kasus
penggusuran tersebut, bahwa adanya konflik yang terjadi antara pihak penguasa
atau biasa disebut kelas atas dengan
kelas bawah.
Hal yang paling pokok mengapa
terjadinya konflik adalah perbedaan kepentingan ari berbagai pihak. Hal
tersebut mengakibatkan terbentuknya dua kelompok yang memiliki kepentingan yang
bertentangan. Kelompok tersebut dapat terbagi dalam beberapa kelas yang
berbeda. Yaitu kelas yang memiliki otoritas lebih dan dari pada kelas
dibawahnya. Pertentangan tersebut memperlihatkan ada atau tidaknya perbedaan
kualitas otoritasi. Pertikaian seperti ini cebderung disebut sebagai konflik
sruktural yang bersifat vertikal (kelas atas dan kelas bawah).
Konflik ini akan membawa dampak yang
buruk bagi masyarakat, mulai dari jatuhnya korban ketika terjadi perlawanan
penggusuran, bertambahnya pemukiman kumuh karena Rusunawa yang tidak
diberdayakan sesuai dengan amanat pemerintah. Ini adalah akibat dari perbedaan
kepentingan antar kelas. Namun disisi lain, konflik juga menumbuhkan rasa solidaritas
warga antar kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
andi-hijrian.blogspot.com
M. Poloma, Margaret, SOSIOLOGI
KONTEMPORER, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar